SELAMAT HARI GURU 2011

Hari guru ditetapkan oleh pemerintah setiap tanggal 25 November, sebuah tanggal di mana organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dilahirkan. Kita berharap organisasi guru seperti PGRI lebih baik lagi dalam melayani para anggotanya


Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.


Selain kompetensi, harus ada komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul. Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat. Konsisten dan tak pernah berhenti untuk belajar dalam rangka mengembangkan potensinya menjadi guru profesional.

Guru sekarang harus saling bekerjasama, dan jangan hanya asyik dengan pelajaran yang diampunya. Setiap ilmu akan saling terhubung dan saling melengkapi sehingga tak ada lagi pelajaran primadona seperti mata pelajaran Ujian Nasional (UN) yang terkadang melupakan unsur seni dan kreativitas.


Peserta didik terlihat seperti robot yang hanya mampu mengerjakan soal-soal ujian tanpa tahu maknanya. Mereka tak mengerti dan memahami untuk apa mereka belajar. Mereka hanya berharap nilai  yang tinggi, tanpa budi pekerti yang luhur dan pada akhirnya membuat peserta didik kehilangan karakter unggul menjadi pemimpin masa depan. Kita pun tak mampu memikat generasi cerdas dan kreatif menjadi guru (Opini Kompas, Sabtu 26 November 2011).


Di hari guru, mari semua guru bersatu untuk maju. Tak perlu saling tuding dan menyalahkan. Mari kita benahi lubang-lubang menganga dalam dunia pendidikan kita. Kegotong royongan harus senantiasa dijaga, dan pengamalan Pancasila harus benar-benar nyata terimplementasikan dalam diri seorang guru. Penerapan pendidikan karakter haruslah mengikuti ajaran agama. Seorang guru sebaiknya memiliki sifat kenabian yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat Sidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah (STAF) seharusnya para guru mampu memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya.


Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Hilangkan keluh kesah, dan mulailah introspeksi diri. Bila penghasilan guru belum memadai, teruslah belajar secara mandiri, dan teruslah memperbaiki diri dengan berbagai pelatihan-pelatihan yang membuat guru akhirnya memiliki keterampilan penting di abad 21. Salah satu keterampilan itu adalah para guru mampu menciptakan informasi di internet.


Mind set para guru sudah harus berubah. Dari pencari informasi menjadi produsen informasi. Oleh karena itu, gerakan guru menulis sangat tepat agar para guru mampu mengikat ilmunya dan membagikannya kepada khalayak ramai. Dunia pendidikan kita memerlukan konten-konten edukasi agar peserta didik tak terlalu asyik bermain games.


Peserta didik kita sangat haus akan informasi, namun sayangnya belum banyak konten-konten edukasi yang dibuat oleh para guru. Kinilah saatnya kita belajar dan memanfaatkan ICT atau TIK dalam pembelajaran. Manfaatkan blog sebagai sarana media pembelajaran. Minimal dapat mampu meningkatkan minat baca peserta didik kita.


Di hari guru yang berbahagia ini, mari kita tingkatkan kualitas diri. Terus belajar sepanjang hayat, dan memperbaiki cara-cara lama dalam pembelajaran dari guru konvensional menuju guru profesional.Guru profesional adalah guru yang mampu memahami tugas dan fungsinya sebagai guru. Guru harus mampu mendidik, merencanakan pembelajaran yang kreatif, menilai peserta didiknya dengan cermat, dan mengenal potensi unik peserta didik.


SELAMAT HARI GURU. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Guru yang mampu menyinari dunia dengan cahaya hatinya. Guru yang senantiasa memperbaiki diri dan melayani peserta didiknya dengan keikhlasan hati. Kasih sayang, rasa empati, dan rasa mencintai harus ada dalam dunia pendidikan kita. Peserta didik harus merasakan bahwa sekolah itu menyenangkan dan dapat menjadi rumah kedua bagi mereka. Sekolahku adalah rumah keduaku.


Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/